Silahkan Cari Disni

Selasa, 10 November 2009

HARI PAHLAWAN

Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, Jawa Timur.

Masuknya Tentara Jepang ke Indonesia
Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian, tepatnya, 8 Maret, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang berdasarkan perjanjian Kalidjati. Sejak itulah, Indonesia diduduki oleh Jepang.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada bulan Agustus 1945. Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.



Masuknya Tentara Inggris & Belanda
Rakyat dan para pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada 25 Oktober. Tentara Inggris didatangkan ke Indonesia atas keputusan dan atas nama Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Tetapi, selain itu, tentara Inggris juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris. Itulah yang meledakkan kemarahan rakyat Indonesia di mana-mana.

Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya
Setelah munculnya maklumat pemerintah tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh Indonesia, gerakan pengibaran bendera makin meluas ke segenap pelosok kota.
Di berbagai tempat strategis dan tempat-tempat lainnya, susul menyusul bendera dikibarkan. Antara lain di teras atas Gedung Kantor Karesidenan (kantor Syucokan, gedung Gubernuran sekarang, Jl Pahlawan) yang terletak di muka gedung Kempeitai (sekarang Tugu Pahlawan), di atas gedung Internatio, disusul barisan pemuda dari segala penjuru Surabaya yang membawa bendera merah putih datang ke Tambaksari (lapangan Gelora 10 November) untuk menghadiri rapat raksasa yang diselenggarakan oleh Barisan Pemuda Surabaya.
Saat itu lapangan Tambaksari penuh lambaian bendera merah putih, disertai pekik 'Merdeka' mendengung di angkasa. Walaupun pihak Kempeitai melarang diadakannya rapat tersebut, namun mereka tidak berdaya menghadapi massa rakyat yang semangatnya tengah menggelora itu. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru/Hotel Yamato atau Oranje Hotel, Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.
Mula-mula Jepang dan Indo-Belanda yang sudah keluar dari interniran menyusun suatu organisasi, Komite Kontak Sosial, yang mendapat bantuan penuh dari Jepang. Terbentuknya komite ini disponsori oleh Palang Merah Internasional (Intercross). Namun, berlindung dibalik Intercross mereka melakukan kegiatan politik. Mereka mencoba mengambil alih gudang-gudang dan beberapa tempat telah mereka duduki, seperti Hotel Yamato. Pada 18 September 1945, datanglah di Surabaya (Gunungsari) opsir-opsir Sekutu dan Belanda dari Allied Command (utusan Sekutu) bersama-sama dengan rombongan Intercross dari Jakarta.
Rombongan Sekutu oleh Jepang ditempatkan di Hotel Yamato, Jl Tunjungan 65, sedangkan rombongan Intercross di Gedung Setan, Jl Tunjungan 80 Surabaya, tanpa seijin Pemerintah Karesidenan Surabaya. Dan sejak itu Hotel Yamato dijadikan markas RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees, Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran).
Karena kedudukannya merasa kuat, sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch Ploegman pada sore hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan hari ketika pemuda Surabaya melihatnya, seketika meledak amarahnya. Mereka menganggap Belanda mau menancapkan kekuasannya kembali di negeri Indonesia, dan dianggap melecehkan gerakan pengibaran bendera yang sedang berlangsung di Surabaya.
Begitu kabar tersebut tersebar di seluruh kota Surabaya, sebentar saja Jl. Tunjungan dibanjiri oleh rakyat, mulai dari pelajar berumur belasan tahun hingga pemuda dewasa, semua siap untuk menghadapi segala kemungkinan. Massa terus mengalir hingga memadati halaman hotel serta halaman gedung yang berdampingan penuh massa dengan luapan amarah. Agak ke belakang halaman hotel, beberapa tentara Jepang tampak berjaga-jaga. Situasi saat itu menjadi sangat eksplosif.
Tak lama kemudian Residen Sudirman datang. Kedatangan pejuang dan diplomat ulung yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, menyibak kerumunan massa lalu masuk ke hotel. Ia ingin berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawan. Dalam perundingan itu Sudirman meminta agar bendera Triwarna segera diturunkan.
Ploegman menolak, bahkan dengan kasar mengancam, "Tentara Sekutu telah menang perang, dan karena Belanda adalah anggota Sekutu, maka sekarang Pemerintah Belanda berhak menegakkan kembali pemerintahan Hindia Belanda. Republik Indonesia? Itu tidak kami akui." Sambil mengangkat revolver, Ploegman memaksa Sudirman untuk segera pergi dan membiarkan bendera Belanda tetap berkibar.
Melihat gelagat tidak menguntungkan itu, pemuda Sidik dan Hariyono yang mendampingi Sudirman mengambil langkah taktis. Sidik menendang revolver dari tangan Ploegman. Revolver itu terpental dan meletus tanpa mengenai siapapun. Hariyono segera membawa Sudirman ke luar, sementara Sidik terus bergulat dengan Ploegman dan mencekiknya hingga tewas. Beberapa tentara Belanda menyerobot masuk karena mendengar letusan pistol, dan sambil menghunus pedang panjang lalu disabetkan ke arah Sidik. Sidik pun tersungkur.
Di luar hotel, para pemuda yang mengetahui kejadian itu langsung merangsek masuk ke hotel dan terjadilah perkelahian di ruang muka hotel. Sebagian yang lain, berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Sudirman turut terlibat dalam pemanjatan tiang bendera. Akhirnya ia bersama Kusno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang kembali. Massa rakyat menyambut keberhasilan pengibaran bendera merah putih itu dengan pekik "Merdeka" berulang kali, sebagai tanda kemenangan, kehormatan dan kedaulatan negara RI.
Kemudian meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris pada 27 Oktober 1945. Serangan-serangan kecil itu ternyata dikemudian hari berubah menjadi serangan umum yang hampir membinasakan seluruh tentara Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi.

Kematian Brigadir Jenderal Mallaby
Mobil Brigadir Jenderal Mallaby yang meledak di dekat Gedung Internatio
Setelah diadakannya gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Tetapi walau begitu tetap saja terjadi keributan antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata dengan tentara Inggris di Surabaya, memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober 1945. Mobil Buick yang sedang ditumpangi Brigjen Mallaby dicegat oleh sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah. Karena terjadi salah paham, maka terjadilah tembak menembak yang akhirnya membuat mobil jenderal Inggris itu meledak terkena tembakan. Mobil itu pun hangus.

Ultimatum 10 November 1945
Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya (Mayor Jenderal Mansergh) mengeluarkan ultimatum yang merupakan penghinaan bagi para pejuang dan rakyat umumnya. Dalam ultimatum itu disebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.
Ultimatum tersebut ditolak oleh Indonesia. Sebab, Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri (walaupun baru saja diproklamasikan), dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebagai alat negara juga telah dibentuk.
Selain itu, banyak sekali organisasi perjuangan yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar. Badan-badan perjuangan itu telah muncul sebagai manifestasi tekad bersama untuk membela republik yang masih muda, untuk melucuti pasukan Jepang, dan untuk menentang masuknya kembali kolonialisme Belanda (yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia).
Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan besar-besaran dan dahsyat sekali, dengan mengerahkan sekitar 30.000 serdadu, 50 pesawat terbang, dan sejumlah besar kapal perang.
Berbagai bagian kota Surabaya dihujani bom, ditembaki secara membabi-buta dengan meriam dari laut dan darat. Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka. Tetapi, perlawanan pejuang-pejuang juga berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk.
Pihak Inggris menduga bahwa perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja, dengan mengerahkan persenjataan modern yang lengkap, termasuk pesawat terbang, kapal perang, tank, dan kendaraan lapis baja yang cukup banyak.
Namun di luar dugaan, ternyata para tokoh-tokoh masyarakat yang terdiri dari kalangan ulama' serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat umum (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) juga ada pelopor muda seperti Bung Tomo dan lainnya. Sehingga perlawanan itu bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke hari, dan dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran besar-besaran ini memakan waktu sampai sebulan, sebelum seluruh kota jatuh di tangan pihak Inggris.
Peristiwa berdarah di Surabaya ketika itu juga telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itulah yang kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan.



Rabu, 28 Oktober 2009

Sumpah Pemuda

SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA

Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA

Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Djakarta, 28 Oktober 1928



Senin, 26 Oktober 2009

SERGAI TUAN RUMAH PERKAMPUNGAN REMAJA MESJID SE ASEAN

Ketua MPR RI Dr. Hidayat Nur Wahid mengatakan demokrasi bukanlah “ Tuhan, hantu atau hutan “. “Demokrasi merupakan wasilah atau sarana memper-juangkan kepentingan umat, bangsa dan Negara untuk menghadirkan sesuatu yang lebih baik,” kata Hidayat Nur Wahid dalam Muzakarah Perkampungan Remaja Mesjid se ASEAN di Theme Park Pantai Cermin, 25 Juli 2008. Jadi demokrasi menurutnya bukanlah segala-galanya yang dikultuskan, juga bukan sesuatu yang ditakuti atau rimba belantara yang tidak miliki aturan. Demokrasi juga bukan hutan yang dikenal dengan hukum rimbannya dimana yang kuat yang menang. Karenannya kita harus meluruskan demokrasi atau meluruskan peranan umat semaksimal mungkin guna kemaslahatan umat. Dalam kesempatan ini Ketua MPR RI menyampaikan apresiasinya pada Bupati HT Erry Nuradi sebagai pemimpin yang baik dan membanggakan masyarakat Sergai. Muzakarah ini sendiri dibuka Gubernur Sumatera Utara, Rudolf M Pardede pada Jumat 27 Juli 2008.

Pada sambutannya Gubsu mengatakan, Perkampungan Remaja Mesjid se ASEAN membuktikan masyarakat muslim Sumut telah menjalin hubungan sesama umat se ASEAN, yang nantinya memberikan kesempatan bagi generasi muda muslim saling tukar pikiran. Seperti halnya membangun kemandirian generasi muda dalam membuka usaha atau lapangan pekerjaan yang bisa memberikan informasi terhadap daerah pemerintahan setempat. “Remaja mesjid yang terdiri dari generasi muda merupakan pilar penting membangun Negara,” kata Gubsu. Sementara Bupati Sergai, HT Erry Nuradi mengatakan, Sergai sangat mendukung kegiatan dilakukan remaja mesjid ASEAN, yang mendirikan camp di bantaran Pantai Cermin dan berlangsung selama tiga hari. Bupati berharap kiranya hasil Pertemuan Remaja Mesjid se ASEAN akan memberi terobosan baru generasi muda muslim mengembangkan gagasan yang berguna bagi daerahnya masing-masing. Sebelumnya Pangdam I BB, Mayjen (TNI) Johannes Suryo Prabowo mewakili panglima TNI menyampaikan wawasan kepada peserta Remaja Mesjid tentang hadirnya pemuda merupakan sosok yang mampu membela bangsa dan wawasan kebangsaan. Sehingga peranan pemuda begitu penting di tengah-tengah masyarakat.
Keberadaan pemuda yang begitu penting juga dikuatkan Menpora yang diwakili Deputi Menpora, Ir. Djohar Arifin, yang menekankan tentang pemuda sebagai pelopor membangun bangsa, dan siap berdiri di barisan depan membentengi masuknya budaya yang merusak tatanan hidup bangsa Indonesia. Perkampungan Remaja mesjid se ASEAN dihadiri DPP BKPRMI, Drs. H. Ali Mochtar Ngabalin, MM bersama Penasehat BKPRMI Pusat, H. Sutrisno Bachir. Sementara Ketua Panitia Sukarman, SKom mengatakan suksesnya kegiatan itu tidak terlepas dari bantuan Bapak Gubsu Drs. Rudolf M Pardede, Bupate Sergai HT Erry Nuradi serta Penasehat Brigade Nasional BKPRMI, H. Sutrisno Bachir. “Sebagai ucapan terima kasih Ketua umum DPP BKPRMI, kami memberikan cenderamata pada Gubsu, Bupati Sergai dan H. Sutrisno Bachir,” ujar Sukarman seraya mengatakan ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang mendukung kegiatan Perkampungan Remaja Masjid.

UMROH
Sukarman menambahkan ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Rempala Indonesia yang mengirimkan sekitar 700 peserta seperti dari Pematang Siantar, Simalungun, Asahan, Medan. Deli Serdang, Batu Bara, Tanjung Balai, Binjai dan Langkat. “Salah seorang peserta dari Pematang Siantar malah dapat umroh dari Menteri kehutanan (Menhut) MS Kaban karena dapat menjawab pertanyaan Menhut,” ujarnya.

sumber : http://serdangbedagaikab.go.id/indonesia/index.php?option=com_content&task=view&id=447&Itemid=42


Minggu, 25 Oktober 2009

Perkampungan remaja mesjid 4 Rempala - Indonesia

Perkampungan remaja mesjid 4 Rempala - Indonesia (Remaja Masjid Pecinta Alam Indonesia) tahun 2009, Merupakan sebuah kegiatan yang di laksanakan di alam terbuka (out door), yang berfungsi sebagai wadah pertemuan, silaturahmi, pendidikan, permainan, prestasi dan penempahan rasa persaudaraan di antara sesama Remaja Masjid yang berada di wilayah Propinsi Sumatera Utara
Perkampungan Remaja Masjid 4 Rempala-Indonesia adalah sebuah tempat untuk mengaplikasikan seluruh ilmu dan kemampuan yang telah didapat dan dimiliki oleh seluruh kader pemuda/remaja masjid ditengah tengah kehidupan bermasyarakat untuk dapat mengikuti kompetisi yang akan dibuat sekaligus memberikan pengetahuan kepada seluruh kader pemuda Remaja Masjid bagaimana menciptakan sebuah suasana kampung yang bernuansa Islami serta masyarakat yang taat dan patuh terhadap Pemimpin serta peraturan dan ketentuan yang menjadi hukum yang telah disepakati bersama oleh masyarakat Perkampungan yang selanjutnya hidup dengan berpegang teguh pada nilai-nilai kesopanan dan kepatutan antar sesama warga yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari selama kegiatan berlangsung.
Pada kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 6 s/d 8 Maret 2009 di Sibolangit ini Rumah Anak Madani mengirimkan 2 regu yang terdiri dari 1 regu putra dan 1 regu putri mewakili kabupaten Deli Serdang dan mereka berhasil menjadi juara umum dan menggondol piala bergilir Gubernur Sumatera Utara (by: Amin).
Sumber : http://www.ram.or.id/?p=26



HIPMI Sumut Minta Pengusaha Segera Bayar THR

Medan, (Analisa)
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumut meminta seluruh pengusaha se Sumatera Utara segera membayar Tunjangan Hari Raya (THR) kepada karyawan atau pekerjanya secepat mungkin agar dapat dipergunakan menjelang lebaran tahun ini.
Permintaan itu disampaikan Ketua Umum BPD HIPMI Sumut Said Aldi Al Idrus di sela-sela kunjungan safari Ramadhan 1430 H dalam rangkaian HIPMI Peduli 2009, di Masjid Subulul Huda Kecamatan Labuhan, Deli Deli Serdang, Minggu (13/9).

Menurut Aldi, THR merupakan hak karyawan yang harus dibayarkan segera karena sangat dibutuhkan. Membayar THR pada waktunya, berarti para pengusaha telah mempermudah kehidupan para karyawan yang tergolong orang susah.

Tentunya, ke depan Tuhan juga akan mempermudah kehidupan para pengusaha tersebut. “Adanya komunikasi termasuk pemberian THR akan semakin meningkatkan kinerja karyawan di masa mendatang sehingga dapat memajukan perusahaan,” ujar Sai Aldi.

Dia juga mengatakan, sampai saat ini, HIPMI Sumut bersama Rempala Indonesia telah menyalurkan bantuan 3.000 paket lebaran kepada anak yatim piatu, kaum duafa dan kader remaja masjid yang membutuhkan bantuan.

“Selain itu, 200 set gendang nasyid juga telah diberikan kepada sejumlah organsasi remaja masjid se Sumut yang menjadi binaan HIPMI dan Rempala Indonesia, “ ucap Said Aldi yang juga Ketua Umum Rempala Indonesia. (twh)

Sumber : http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=28871:hipmi-sumut-minta-pengusaha-segera-bayar-thr&catid=420:16-september-2009&Itemid=220



Kita Sering Melihat Dari Pandangan Politik

Selama ini pandangan terhadap Singapura sering kali dilihat dari perspektif politik. Padahal, keberadaan Singapura sangat penting bagi Indonesia. Akibatnya yang sering terjadi, kita sering memandang miring sikap Singapura, ketika terjadi suatu permasalahan.
Demikian Duta Besar RI di Singapura Wardana, Minggu (26/8), saat menerima utusan Remaja Pencinta Alam (Rempala) Indonesia dan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) yang menjadi peserta "Seminar Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI)" yang diselenggarakan Jamiyah Singapura, di Hotel Furama, 25-26 Agustus lalu.

Misalnya, terang Wardana, Singapura dari sudut ekonomi, merupakan negara ketiga terbesar berinvestasi di Indonesia, setelah Jepang dan Hongkong. Sedangkan impor berbagai barang kebutuhan dari Indonesia mencapai AS$ 1,2 miliar. Demikian pula dengan peran negeri Lee Kuan Yeuw itu terhadap keberadaan TKI.

Saat ini, lanjut Wardana, ada sekira 100 ribu orang Indonesia yang bekerja di negara kota itu. Dari jumlah itu 75 persen di antaranya merupakan PRT, selain kalangan profesional, pelajar dan mahasiswa yang menuntut ilmu di berbagai perguruan tinggi Singapura. Dalam posisi demikian, tugas Kedubes RI di Singapura sangat berat guna menjembatani kepentingan kedua belah pihak, ungkap Wardana.

Diplomat karir yang sebelumnya bertugas di salah satu negara eropa itu melanjutkan, kehidupan beragama di Singapura juga sangat harmonis. Pemerintah di sini, kata dia, sangat peka terhadap pluralitas agama, sehingga berusaha bertindak adil terhadap semua kepercayaan. Sedangkan pihak Kedubes RI di sana, melakukan kerja sama dengan beberapa organisasi Islam Singapura untuk memberikan pembinaan keagamaan khususnya Islam terhadap TKI.

Dubes RI itu, juga mengharapkan agar Rempala Indonesia dan BKPRMI bisa berperan dalam mempererat hubungan antara Indonesia dan Singapura, misalnya dalam pertukaran antara pemuda Islam kedua negara. Bersamaan dengan diterimanya Rempala Indonesia dan BKPRMI olah Dubes RI di Singapura Wardana, Kedutaan Besar Indonesia yang terletak di 7 Charsworth Road, Singapura 249761 itu, tengah mengadakan peringatan HUT RI ke-62 dihadiri ratusan warga Indonesia, dihibur artis-artis ibu kota, di antaranya Thomas Jorghi.

Ketua Rempala Indonesia Said Aldi Al Idrus didampingi Ketua Umum BKPRMI Tebing Tinggi Abdul Khalik, menyampaikan kedatangan Rempala Indonesia dan BKPRMI ke Singapura adalah memenuhi undangan seminar DMDI, di mana sesi ini masyarakat Melayu Singapura sebagai tuan rumah. Direncanakan seminar berikutnya akan berlangsung di Melaka, Malaysia yang akan berlangsung November nanti.

Kedua organisasi itu, kata Said Aldi, mengirimkan sembilan peserta yang terdiri dari Rempala Indonesia sebanyak enam orang dan BKPRMI sebanyak tiga orang. Mereka masing-masing dari Rempala Indonesia, Sumatera Utara dan Serdang Bedagai serta utusan BKPRMI Kota Tebing Tinggi. Selama ini,

Rempala Indonesia dan BKPRMI berkepentingan mengikuti berbagai acara yang digelar Sekretariat DMDI Melaka, seperti di Pontianak, Kalbar, Cape Town, Afrika Selatan serta di beberapa kota Malaysia.
(Abdul Khalik)

Sumber : http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=3017


Gubsu Terima Tim Safari Ramadhan Rempala Indonesia-HIPMI, Rudolf M Pardede: Sebagai Gubernur Dirinya Berdiri untuk Semua Umat dan Golongan

Gubsu Rudolf M. Pardede menerima kunjungan tim safari Ramadhan Remaja Masjid Pencinta Alam (Rempala) Indonesia dan HIPMI, baru-baru ini di kediamannya.
Rombongan Rempala Indonesia dipimpin Indomora Siregar S.Psi, Yesri Hutasuhut dan Sekretaris Umum HIPMI Deli Serdang Amri Fahrizal ST.


Pada pertemuan penuh keakraban itu Gubsu menyatakan dirinya sebagai Gubernur Sumatera Utara berdiri untuk semua umat dan golongan bukan untuk satu umat atau golongan.

“Saya bukan milik satu golongan atau umat tapi untuk seluruh umat dan golongan di Sumut. Jadi jangan sungkan-sungkan bersilaturahmi dengan saya untuk saling tukar pikiran membangun Sumut,” ungkap Indomora Siregar yang mengutip ucapan Gubsu usai berkunjungan.

Gubsu yang didampingi Asisten III Bidang Hukum dan Sosial Drs H Syofyan Nasution mengatakan pihaknya menyambut baik kegiatan yang dilakukan Rempala Indonesia terutama dalam upaya pembinaan generasi muda remaja masjid di Sumut.

Pembinaan generasi muda sangat dibutuhkan supaya remaja terhindar dan jauh dari kasus kenakalan remaja penggunaan obat-obat terlarang seperti narkoba, minuman keras dan kemaksiatan lainnya.

Gubsu mengharapkan Rempala Indonesia dan HIPMI yang saat ini melakukan program Safari Ramadhan agar terus melakukan pembinaan ramaja masjid secara berkelanjutan. Pemprovsu akan mendukung program Rempala Indonesia bersama HIPMI terutama program pembinaan generasi muda dan kewirausahaan.

SERAHKAN REBANA

Sebelumnya dihadapan Gubsu, Indomora Siregar melaporkan berbagai kegiatan Rempala Indonesia diantaranya kegiatan perkampungan remaja masjid yang dilaksanakan 8-10 September 2006 lalu, di Perkemahan Sibolagit.

Kegiatan itu diikuti sekitar 1000 remaja masjid dari berbagai daerah di Sumut. Selanjutnya mulai dari 28 September hingga 21 Oktober 2006 bekerjasama dengan HIPMI melakukan safari Ramadhan 1427 H ke masjid di Sumut.

“Kita akan mengunjungi sekitar 100 masjid sekaligus di setiap masjid akan diserahkan satu set gendang rebana. Direncanakan kita juga akan menggelar festival beduk bekerjasama dengan HIPMI,” jelas Indomora.

Sekretaris Umum HIPMI Deli Serdang Amri Fahrizal Nasution ST mengatakan pembinaan remaja masjid merupakan tanggung jawab bersama.

Oleh karena itu remaja masjid harus benar-benar mengembangkan organisasi secara ikhlas dan berniat baik. HIPMI sendiri akan terus melakukan pembinaan berkelanjutan terutama jiwa kewira usahaan.
Pada kesempatan itu Gubsu secara simbolis, ujar Indomora, berkenan menyerahkan satu set perangkat gendang rebana yang nantinya akan diserahkan kepada 100 remaja masjid di seluruh Sumut.

Di tempat terpisah, Ketua Umum Rempala Indonesia Said Aldi Al Idrus ketika dihubungi wartawan melalui telepon seluler usai melakukan silaturahmi dan Salat Jumat belum lama ini bersama Presiden Susilo Bambang Yudoyono di Istana Negara, mengatakan Rempala Indonesia dan HIPMI setiap tahun selalu mengadakan safari Ramadhan.

“Kegiatan tersebut diharapkan bisa bermanfaat bagi remaja masjid bukan ingin memanfaatkan remaja masjid,” katanya seraya mengatakan kegiatan safari Ramadhan didukung oleh Ketua Umum dan Penasehat HIPMI Sumut, Ivan Batubara dan H. Ramadsyah, H Joefli J Bahroni serta Penasehat Rempala Indonesia, Drs H Abdillah Ak MBA, T Erry Nuradi dan Syamsul Arifin.(ana)

Sumber : http://www.bainfokomsumut.go.id/detail.php?id=1385

Gunung Sinabung


Gunung ini berada di propinsi Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten karo dekat kota Brastagi. Gunung yang letaknya, tidak jauh dari Gunung Sibayak ini mempunyai ketinggian 2.412m dpl, dan merupakan sebuah gunung api yang sudah
tidak aktif lagi. Hutannya masih asri dan lebat serta bentuknya yang merupakan kerucut sempurna, membuat medan pendakian gunung ini sangat menantang untuk didaki.
Untuk mencapai gunung ini bisa dilakukan dari Medan dengan menumpang bus jurusan Kabanjahe dan turun di kota hujan Brastagi. Ada dua bus yang biasa dipakai menuju kesana yaitu Sinabung Jaya dan Sutra. Kedua bus ini berhenti atau ngetem di jalan Jamin Ginting Padang Bulan Medan. Dan dari sana dilanjutkan dengan naik angkotan pedesaan yang mempunyai nama "TAKASIMA", angkot ini berada dibelakang terminal Brastagi. Angkot Takasima ini menuju Lau Kawar yang merupakan pintu akses pendakian ke gunung Sinabung. Selain dari Lau Kawar, Gunung Sinabung juga bisa didaki dari arah Selatan yaitu dari desa Mardingding dan Desa Suka Meriah. Hanya saja kedua jalur ini sudah sangat jarang dipakai dan sudah mulai tertutup jalurnya.

Detail akses transportasi ke Gunung Sinabung sbb:
Dari Medan naik bus jurusan Kebang Jahe di Padang Bulan atau dari jalan Letjen Jamin Ginting dan turun di kota Brastagi, Tarifnya Medan - Brastagi Rp. 10.000,- per orang. Dari terminal Brastagi dilanjutkan ke Lau Kawar dan hanya ada satu angkotan trayek kesana yaitu trayek TAKASHIMA dengan ongkos Rp.5.000,- per orang.

Rute Pendakian :

Danau Lau Kawar ( 1.425 m dpl ) ( 03°11'45.0" LU 98°23'11.1" BT )
Danau Lau Kawar ini terletak persis dikaki Gunung Sinabung dan merupakan pintu akses utama pendakian. Ditepi danau kecil ini terdapat camping ground yang sering dipadati oleh para pengunjung yang camping diakhir pekan. Hutan disekitar danu ini masih sangat asli dan lebat.

Pintu Rimba ( 1.557 m dpl ) ( 03°11'27.0" LU 98°23'10.6" BT )
Saat mulai mendaki dari Lau Kawar dan melewati perladanan penduduk akan sampai di batas hutan yang biasa disebut disana dengan "Pintu Rimba". Hati-hati melewati posisi pintu rimba ini karena terdapat persimpangan. Jalan yang benar adalah membelok kekiri dan jalan yang salah adalah yang lurus dan akan menggiring pendaki pada jalan buntu yang menyesatkan.


POS I ( 1.641 m dpl ) ( 03°11'09.9" LU 98°23'19.5" BT )
Pos I ini bisa dicapai setelah kurang lebih mendaki selama 30 menit dari Pintu
Rimba. Pos I ini tidak ada ciri-ciri khususnya hanya 2 pohon tumbang dan sedikit dataran. Pada pos ini terdapat pertigaan, jalur yang benar adalah yang lurus, sedang yang kekanan akan menuju turun dan melambung ke punggungan yang lain.

POS II ( 1.697 m dpl ) ( 03°11'00.1" LU 98°23'15.7" BT )
Pos II berjarak sekitar 1 jam perjalanan dari Pos I. Selepas Pos I jalan setapak terus mendaki dan kita akan mendapati beberapa jalur yang cukup terjal. Tepat sebelum Pos II terdapat sebuah tanjakan yang cukup curam kemiringannya lebih kurang 80 derajat dan cukup tinggi tinggi. Pos II sendiri merupakan sebuah
pelataran yang cukup lapang dan bisa memuat 2 tenda.

POS III ( 1.842 m dpl ) ( 03°10'52.7" LU 98°23'22.8" BT )
Pos III berjarak kira-kira 30 menit dari Pos II, Pos II sendiri jika dilihat sepintas jauh dari bentuk Pos karena berada pada sebuah tanjakan dan hanya ada tanah datar yang sempit sekali. Bahkan untuk mendirikan tenda ukuran dua orang agak susah.

POS PANDAN ( 1.962 m dpl ) ( 03°10'43.4" LU 98°23'21.2" BT )
Pos Pandan ini berada diatara Pos III dan Pos IV, dan berjarak sekitar satu jam perjalanan dari Pos III. Di pos inilah kita bisa menemukan sumber air, tapi hendaknya ceklah dulu sebelum mendaki dengan petugas ranger di Lau Kawar tentang sumber air ini, terutama sekali dimusim panas.

POS IV ( 2.187 m dpl ) ( 03°10'30.0" LU 98°23'24.9" BT )
Pos IV ini berjarak sekitar 30 menit dari Pos Pandan. Pos IV ini adalah pos yang terluas di jalur Lau Kawar ini. Sebuah dataran yang cukup menampung tinga hingga empat tenda. Sebelum mencapai lokasi ini, saat keluar dari daerah Pos Pandan akan bertemu denan daerah terbuka dimana kita bisa melihat jelas danau
Lau Kawar dan pedesaan disekitarnya.

PUNCAK UTAMA (2.475 m dpl ) ( 03°10'17.3" LU 98°23'26.3" BT )
Sebelum mencapai puncak kita akan dihadapkan terlebih dahulu dengan sebuah tanjakan terjal dengan kemiringan 80 bahkan 90 derajat yang berada didaerah terbuka, tanjakan tebing batu ini dinamakan oleh pendaki setempat dengan nama "TANJAKAN PATAH HATI". Kecelakaan sering terjadi dijalur tanjakan ini, jika pendaki membawa beban ransel yang cukup besar hendaknya berhati-hati sewaktu turun melewatinya.


Didaerah puncak Sinabung terdapat tiga puncak yaitu Puncak utama, Puncak Kedua dan Puncak Batu Segal yang oleh pendaki setempat disebut sebagai puncak Flash Gordon. Ketiga puncak ini mengapit sebuah teras yang luas dan datar yang bisa dipakai sebagai lokasi untuk mendirikan tenda. Akan tetapi mengingat angina yang bertiup kencang diteras ini disarankan agar tenda yang didirikan disini merupakan tenda yang memang didisain untuk mendaki gunung bukan untuk camping biasa.



Berikut adalah waypoint koordinat dari GPS untuk rute pendakian dari Lau Kawar:
- 03°11'45.0"    LU   98°23'11.1"   BT    ketinggian   1425m    (Danau Lau Kawar)
- 03°11'37.8"    LU   98°23'15.5"   BT    ketinggian   1486m
- 03°11'27.0"    LU   98°23'10.6"   BT    ketinggian   1557m
- 03°11'09.9"    LU   98°23'19.5"   BT    ketinggian   1641m
- 03°11'08.3"    LU   98°23'16.8"   BT   ketinggian    1661m
- 03°11'00.1"    LU   98°23'15.7"   BT   ketinggian    1697m
- 03°11'54.9"    LU   98°23'19.3"   BT   ketinggian    1768m
- 03°11'52.7"    LU   98°23'22.8"   BT   ketinggian    1842m
- 03°10'43.4"    LU   98°23'21.2"   BT   ketinggian    1962m
- 03°10'33.0"    LU   98°23'23.7"   BT   ketinggian    2028m
- 03°10'32.5"    LU   98°23'21.8"   BT   ketinggian    2129m
- 03°10'30.0"    LU   98°23'24.9"   BT   ketinggian    2187m
- 03°10'20.6"    LU   98°23'26.2    BT   ketinggian    2396m
- 03°10'17.3"    LU   98°23'26.3"   BT   ketinggian    2475m
- 03°10'14.8"    LU   98°23'27.1"   BT   ketinggian    2424m    (lokasi camp)


Perijinanan Perijinan untuk pendakian ke Gunung
Untuk retribusi memasuki areal Danau Lau Kawar akan dikenakan Rp. 3.000,- per orang dan jika akan mendaki Sinabung kita diharuskan lagi untuk membayar retribusi pendakian Rp. 3.000,- orang. Selain itu photo copy KTP juga akan diminta. Di gunung Sinabung ini sudah mempunyai tatacara pengendalian sampah yang baik. Yaitu setiap pendaki akan di cek oleh petugas setempat. (yang dikenal dengan nama petugas SAR Sinabung) peralatan dan makanan yang dibawa agar. Selain memastikan para pendaki mendaki dengan peralatan yang diharuskan juga untuk memastikan pendaki akan membawa turun kembali sampah yang dihasilkan dari perbekalan logistik yang mereka bawa. Usaha ini terlihat cukup manjur, karena sewaktu kunjungan highcamp pada bulan May 2004 terlihat kawasan puncak dan jalan setapaknya bersih dari sampah. Meskipun ada sampah tapi jumlahnya tidak terlalu signifikan. Tempat Menarik ada banyak sekali tempat-tempat menarik di kawasan gunung Sinabung ini, dan semuanya masih alami dan serta bersih.

Berikut adalah beberapa tempat menarik yang kami rekomendasikan. Danau Lau Kawar Danau ini terletak diketinggian 1.425m dpl. dan dikelilingi oleh hutan yang masih lebat. Danau yang arti namanya adalah air bening ini banyak dikunjungi oleh para campers diakhir pekan. dan selain itu disini juga terdapat villa yang disewakandengan harga yang cukup terjangkau yaitu Rp.30.000 perkamar dan permalamnya. Danau berair tenang ini masih minim fasilitas, akan tetapi sudah ada penduduk setempat yang berjualan Nasi dengan lauk Indomie atau telor goreng. Dan juga ada kamar mandi yang disewakan Rp.1.000 untuk sekali mandi. Jika mau di danau kita juga bisa mandi, akan tetapi karena daerah ini cukup dingin suhunya sehingga jarang sekali pengujung yang berenang di danau ini.

Meurut legenda cerita setempat setempat danau ini terbentuk adalah karena air mata seorang nenek yang sedih dengan kelakuan cucunya. Air mata sang nenk terus mengalir sehingga menenggelamkan desa mereka. Dan menurut legenda desa yang tenggelam tersebut berada didasar danau Lau Kawar ini dengan rumah-rumah yang masih berdiri Batu Oukup. Batu Oukup adalah batu yang mengeluarkan hawa panas, dan terdapat dibeberapa tempat di Gunung Sinabung. Batu panas ini terbentuk dari aktivitas vulkanologi gunung ini. Banyak pendaki lokal yang memanfaatkan tempat ini untuk bermalam jika mereka tidak membawa tenda. Dengan menempelkan badan mereka kepada diding batu tersebut sudah membuat mereka hangat. Atau jika ingin menikmati sauna alam juga bisa memanfaatkan batu ini. Kawasan Puncak Gn. Sinabung

Dikawasan puncak Sinabung terdapat sebuah kawah yang cukup besar yang merupakan gabungan dari dua kawah sebelumnya. Selain puncak utama juga ada puncak Kedua dan puncak Batu Segal. Diantara puncak itu terdapat sebuah teras yang lebar. Puncak Batu Segal bisa didaki akan tetapi perlu ekstra hati-hati karena kita harus memanjatnya. Pada waktu-waktu tertentu Di Sinabung angina bertiup cukup kencang. Dan akan berbahaya jika menaiki puncak Batu Segal pada saat angin bertiup kencang. Dari puncak utama kita bisa melihat pemandangan seperti dataran tinggi Karo, Danau Lau Kawar, danau Toba, Kota Brastagi dan Kota Prapat.



Rapat Kerja Provinsi 2009


Menjelang Rapat Kerja Propinsi (Rakerprop) yang akan dilaksanakan Insya Allah pada tanggal 6-8 November 2009. Masa depan dari pergerakan Rempala akan berawal disni, apakah Rempala tetap menjadi sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang pengkaderan remaja masjid atau hanya menjadi sebuah organisasi yang hanya sekedar nama. Mengapa organisasi sekedar nama?
Mari kita renungkan bersama...................................




PERTOLONGAN PERTAMA DALAM KEGIATAN ALAM BEBAS

I. PENDAHULUAN
Kegiatan Alam Terbuka (KAT) adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan di lokasi yang masih alami baik berupa hutan, perbukitan, pantai dll. Kegiatan di alam terbuka saat ini banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif wisata, kegiatan pendidikan dan bahkan penelitian. Selain untuk tujuan-tujuan tersebut, kegiatan ini juga bermanfaat untuk mengenal Kebesaran Illahi melalui keajaiban alam yang merupakan ciptaan-Nya berupa berbagai keneragaman hayati yang sangat beraneka ragam yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri

Namun dalam pelaksanaanya, kegiatan ini ternyata memiliki resiko yang cukup tinggi. Karena tidak seperti kegiatan wisata lainnya yang didukung oleh fasilitas yang menunjang keselamatan pelaku atau pengunjung, Kegiatan Alam Terbuka justru sangat rentan terjadinya kecelakaan karena memang kegiatan ini dilaksanakan ditempat yang masih alami seperti kondisi perbukitan terjal, jurang, aliran sungai yang deras, dan kondisi alam lainnya yang berpotensi menimbulkan bahaya dan juga mempersulit upaya penyelamatan bagi korban atau penderita.

Meskipun bukan suatu hal yang diharapkan, kecelakaan (accident) memerlukan langkah antisipatif yang diantaranya dengan mengetahui atau mendiagnosa penyakit maupun akibat kecelakaan, penanganan terhadap korban dan evakuasi korban bila diperlukan. Hal ini memerlukan pengetahuan agar korban tidak mengalami resiko cidera yang lebih besar.

II. DEFINISI
Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. Ini berarti:

1. Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat walaupun perawatan selanjutnya tertunda.
2. Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban bukan menambah sakit korban.

III. DASAR-DASAR PERTOLONGAN PERTAMA
Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami. Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian.

Namun sebelum kita memasuki pembahasan kearah penanggulangan atau pengobatan terhadap luka, akan lebih baik kita berbicara dulu mengenai pencegahan terhadap suatu kecelakaan (accident), terutama dalam kegiatan di alam bebas. Selain itu harus kita garis bawahi bahwa situasi dalam berkegiatan sering memerlukan bukan sekedar pengetahuan kita tentang pengobatan, namun lebih kepada pemahaman kita akan prinsip-prinsip pertolongan terhadap korban. Sekedar contoh, beberapa peralatan yang disebutkan dalam materi ini kemungkinan tidak selalu ada pada setiap kegiatan, aka kita dituntut kreatif dan mampu menguasai setiap keadaan.

a. Prinsip Dasar
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat tersebut diantaranya:

1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya.
2. Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Hindarkan sikap sok pahlawan. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
3. Biasakan membuat cataan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.

b. Sistematika Pertolongan Pertama
Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah :

1. Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.

2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya
Pentingnya menjauhkan dari sumber kecelakaannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakan ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan lainnya adalah penolong dapat memberikan pertolongan dengan tenang dan dapat lebih mengkonsentrasikan perhatiannya pada kondisi korban yang ditolongnya. Kerugian bila dilakukan secara tergesa-gesa yaitu dapat membahayakan atau memperparah kondisi korban.

3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban
Bila pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan.

4. Pendarahan
Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam waktu 3-5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang bersih tekan tempat pendarahan kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang, atau apapun juga agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu. Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.

5. Perhatikan tanda-tanda shock
Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari letak anggota tubuh yang lain. Apabila korban muntah-muntah dalm keadaan setengah sadar, baringankan telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara ini juga dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak muntahan, darah, atau air dalam paru-parunya. Apabila penderita mengalami cidera di dada dan penderita sesak nafas (tapi masih sadar) letakkan dalam posisi setengah duduk.

6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru
Korban tidak boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis dan keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan bagi korban dibiarkan ditempat tersebut. Apabila korban hendak diusung terlebih dahulu pendarahan harus dihentikan serta tulang-tulang yang patah dibidai. Dalam mengusung korban usahakanlah supaya kepala korban tetap terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran pernafasannya tersumbat oleh kotoran atau muntahan.

7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan
Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah evakuasi korban ke sentral pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu diingat bahwa pertolongan pertama hanyalah sebagai life saving dan mengurangi kecacatan, bukan terapi. Serahkan keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang berkompeten.



MARS TAGANA